Senin, 22 Oktober 2012

Candu Internet

(artikel ini juga dipublish di kompasiana)
Pagi-pagi seperti biasa, setelah melalui macetnya jalanan ibukota, duduk sejenak di kantor melepas penat dan lelah sambil searching internet. Satu hal yang pasti tidak dilupakan adalah login facebook atau twiter seolah ingin melihat update terbaru atau melihat notifikasi akun kita. Kalau ga ada apa-apa hati seolah sedikit kecewa, tapi kalau banyak notifikasi, wow sedikit ceria. Padahal ga tau juga apa isinya. Oaalah mas Bro !
kecanduan internet
(sumber gambar: google.com)
Satu hal yang menarik di sini adalah bagaimana dunia maya seolah telah menjadi “candu” bagi kebanyakan orang di sekitar kita. Akses internet yang sangat mudah seolah menawarkan gairah ber-internet ria. Dari mulai mencari sekedar berita, gossip, sampai mencari teman kencan semuanya sangat mudah dilakukan di dunia maya. Apakah tidak boleh? Boleh-boleh saja, lagian siapa yang melarang…
Namun, di tengah perkembangannya, internet menyimpan dampak positif dan negatif bagi kita semua. Sayangnya dampak negatif ini yang seolah diabaikan dan kurang diperhatikan. Apa saja sebetulnya penyebab kecanduan internet ini lahir? Mungkin sebagian besar dari kita sudah tau.
    • Kecanduan game, seorang mahasiswa dari suatu perguruan tinggi terkemuka terpaksa harus lulus telat gara-gara ketika mengerjakan tugas akhir, dia sudah sangat kecanduan game. Hampir 24 jam waktunya dihabiskan di depan komputer untuk bermain game online. Dengan dalih menaikkan level karakter gamenya. Dampaknya malas ke kampus, tidur kurang, loyo, dan kurang bersemangat belajar.
    • Sibuk update status dan komen. Karena ingin eksis dan mendapat perhatian dari temen-temennya, dia hobi sekali untuk mengubah setiap statusnya. Awalnya sih ingin berbagi informasi. Ujung-ujungnya malah setiap aktivitas harus di-update dan dikomentari. Parahnya gara-gara hal ini tidak sedikit yang bertengkar dan berkelahi gara-gara perang komen.
    • Kecanduan pornografi. Bagi mereka yang hobi “ngeres” tentu memiliki berjuta ide untuk mencari akses pornografi. Meskipun sudah diblokir, ada saja ide dan caranya untuk menembus portal yang diinginkan.
    • Aksi penipuan dan penculikan. Karena butuh duit atau terpuruk ekonomi akhirnya banyak pihak menghalalkan segala cara. Bahkan berani untuk masuk ke ranah kriminal. Bagaimana seseorang bisa mudah tertipu dengan mentransfer sejumlah uang kepada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Belum lagi gara-gara media sosial, seorang anak bisa dengan mudah diculik oleh penjahat sebagai akibat pertemanan kemudian meminta tebusan. Parahnya ada yang sampai dikencani kemudian diperkosa.
    • Wahana Judi. Bagi sebagian orang mungkin belum terbiasa dengan judi internet. Tapi bagi mereka yang sudah mengenal dan paham seluk beluk judi, pasti susah terlepas dari candu judi internet.
    • Hobi nonton. Mereka yang hobi nonton juga harus berhati-hati, karena ini bisa menimbulkan candu. Akses media film seperti youtube dan sejenisnya bisa merangsang rasa penasaran dan memancing untuk terus menontonnya. Belum lagi jika ada situs yang menyediakan streaming film terbaru secara gratis tentu sangat sayang jika ditinggalkan.
Lalu bagaimana solusinya? Simple saja, jangan tergantung dengan internet, gunakan dunia maya ini seperlunya saja. Dalam lubuk akal kita yang paling dalam sebetulnya sudah tau hal baik mana yang harus dilakukan dan mana yang jangan dilakukan. Sulitkah? Mungkin sulit, tapi bisa dan tidak mustahil dilakukan. Dampingi anak-anak kecil dan usia muda ketika menggunakan internet agar tidak kebablasan dan salah penggunaan.

http://onlyhadi.wordpress.com/2012/03/26/candu-internet/

Manfaat Hacker

Senin, 08 Oktober 2012


JAKARTA – Saat ini, masyarakat menganggap Hacker sebagai pelaku kejahatan yang sering membobol situs orang lain. Namun sejatinya, hacker merupakan pekerjaan yang paling penting. Apalagi di era teknologi internet saat ini.”Hacking memang ibarat pedang bermata dua. Aktitivitas ini bisa digunakan untuk hal negatif maupun positif. Kegiatan hacking positif pasti dilakukan oleh white hacker. Sedangkan hacking untuk kepentingan negatif pasti dilakukan oleh black hacker,” ujar hacker dari komunitas white hacker Yogyafree Nathan Gusti Ryan, kepada okezone, Jumat (6/8/2010).
Menurut hacker dengan nick name Progtel ini, kegiatan negatif yang dilakukan hacker adalah merusak sistem dengan memanfaatkan celah keamanan yang ada. Namun positifnya, keahlian meng-hack bisa digunakan untuk mengaudit keamanan jaringan sebuah perusahaan.Audit keamanan jaringan yang dimaksud adalah mencari celah keamanan dan memberitahukannya kepada pemilik jaringan agar segera melakukan perbaikan. Dengan demikian, jaringan lemah yang rentan menjadi target black hacker dapat segera ditutupi dan mencegah black hacker merusak sistem yang ada.
“Tren bisnis korporat saat ini, semua serba online. Artinya, perkembangan ecommerce cukup luar biasa. Bayangkan jika kompetitor perusahaan anda menyewa seorang cracker atau black hacker untuk menganggu dan merusak Security System eCOMMERCE situs perusahaan anda, maka bisnis process Online System-nya akan terganggu bahkan bisa macet total. Berapa besar kerugian yang akan di tanggung? Terlebih lagi kepercayaan masyarakat kepada kredibilitas perusahaan anda akan jatuh,” papar Nathan.
Oleh karena itu, lanjut Nathan, fungsi seorang hacker sangatlah penting. Hacker yang dimaksud merupakan cikal bakal dari investigator keamanan atau security auditor sebuah keamanan jaringan.Nathan sendiri sudah sering diminta untuk melakukan audit security jaringan keamanan internet di beberapa perusahaan. Hal ini umumnya melalui prosedur resmi atau permintaan dari suatu instansi/perusahaan. Sedangkan jika di luar prosedur, tentunya hal ini akan menjadi tanggung jawab perseorangan.
“Seorang white hacker pastinya paham batasan aksi yang dilakukan, yaitu sebatas memberikan masukan yang positif bagi web admin situs yang menjadi target. Batasannya, Action Terbaik adalah Peringatan Tanpa Merusak,” tandas pria yang juga owner dari XP Solution, sebuah lembaga independen yang peduli dengan pengembangan IT dan mengarahkan keahlian SDM di dalamnya untuk kepentingan positif. (srn)

Sejarah PUNK

Senin, 01 Oktober 2012

Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.

Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.

Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.

Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.

Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.